Liz Fang… aduh aku jadi ingat dengan gadis manis, putih nan bersih ini, cinta kami terhalang oleh orang tuanya, Orang tuanya ingin menjodokan dia dengan juragan pisang dikampungnya. “Masak kamu pacaran dengan biawak..” Kata orang tuanya pada saat aku datang kerumahnya malam itu. Aku sedih, setelah berkaca sepertinya aku memang mirip biawak (Wakakak. Puas….) “Maaf sayang kita gak bisa bersatu..” Kataku menenangkan Liz Fang, yang dari tadi kebingungan seperti menahan buang air besar tiga hari. “Aku tidak perduli kita harus menikah…” Kata Liz Fang dengan air becucuran, air itu keluar dari hidung dan telinga. “Liz, kita harus memasrahkan cinta kita… kamu pasti bahagia dengan juragan pisang itu” Kataku menenangkan. “Tidak mau… tidak mau… aku ingin hidup dan mati bersamamu…” Kata Liz mengelupur-gelupur ditanah seperti ular sawah.
Wow… dadaku selalu berguncang hebat kalau mengingat kekasihku yang satu ini. Nina namanya, Ia cantik, energik dan sedikit bedaki, tapi itu tidak jadi masalah, bagiku daki Nina menjadi daya tarik tersendiri bagiku, untung saja kulitnya tidak bersisik, kalau bersisik pasti ia disangka ikan gabus (badau). Ah… jadi ingat kejadian beberapa minggu lalu saat kami ke pesta teman Nina yang sedang menempuh hidup baru. Tanpa dipanggil oleh pembawa acara keyboardtan dipesta itu Nina lansung menuju panggung dan merebut mic itu. “Woi… serahkan mic itu…” Kata Nina. Pembawa acara itu ketakutan dan menyerahkannya kepada Nina. Nina mengirah dirinya sedang bernyanyi, tapi kami yang mendengarkan, Nina tidak ada ubahnya seperti ayam betina yang habis bertulur dan sesekali seperti ayam jantan yang sedang kukuruyuk, Ah.. Nina dari gayamu yang inilah yang tidak bisa aku lupakan. Tapi…apa yang terjadi kami diusir oleh penyelenggara pesta itu, karena pada saat Nina bernyani semua hidangan dimeja makan menjadi basi. Ah Nina, aku juga tidak tahu kenapa semua makanan yang kamu pegang menjadi basi, besi yang kamu pegang menjadi berkarat, ternyata keringat mu beracun. Maaf inilah alasanku untuk memutuskan mu. ckikiiki
Shinoda, nama yang unik, seunik dirinya, Ia orang Sunda tapi mengaku-ngaku orang Jepang, gak tahu malu, ya ungkapan itu sering keluar dari mulut teman-temannya. Tapi soal berbusana Ia jagongnya, seneng juga dibilang punya pacar model. “Ayo… kita udah terlambat neh…” Kata ku dari luar kamarnya, pada saat aku akan menjemputnya ke suatu acara mewah. “Ya.. ampun dirimu cantik sekali sayang….” Kata ku mau muntah saat melihat Shinoda keluar. Wajah Shinoda berseri-seri, sepertinya ia sangat puas dengan penampilannya malam itu. “Kamu dapat ide dari mana, merancang baju sebagus ini sayang.” Tanyaku menyelediki. “Dari gaya orang-orangan sawahnya Pak Karmen, semalamkan aku nyari belut, aku liat neh mode bagus banget, tenang sayang teman-teman kamu pasti bangga padamu karena memeliki pacar seorang model seperti aku” Katanya sambil cekakaran. “Tapi apa tangan kamu harus melintang terus seperti itu…” Tanya ku bingung. “Ya.. kamu liat donk bentuk tangan orang-orangan sawah, kan selalu melintang..” Iya juga ya… kataku dalam hati… Oh ternyata dilenggan baju itu memang diberi bambu. Oh…. Kekasihku dirimu ingin menjadi seperti orang-orangan sawah tapi bagiku kamu sperti Jalangkung. Pikirku dalam hati sambil merinding. Inikah pilihan ku aku jadi bingung.
0 comments:
Post a Comment